Prasetyo Hadi menjelaskan bahwa pemerintah tengah mencari skema alternatif untuk menyelesaikan masalah utang Whoosh tanpa membebani APBN.
Ia menekankan bahwa meskipun isu ini tidak dibahas dalam rapat terbatas yang dipimpin Presiden Prabowo Subianto, pemerintah tetap mendukung keberlanjutan proyek transportasi cepat pertama di Asia Tenggara itu.
Menurutnya, Whoosh kini menjadi salah satu moda transportasi yang sangat membantu aktivitas masyarakat, terutama mobilitas dari Jakarta ke Bandung dan sebaliknya.
Kenapa Utang Whoosh bisa Besar?
Utang proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB), yang dikenal dengan nama Whoosh, membengkak menjadi sekitar USD 7,26 miliar (Rp 116 triliun) akibat beberapa faktor utama.
1.Pembengkakan biaya akibat perubahan desain, kenaikan harga bahan baku, dan hambatan pembebasan lahan membuat biaya proyek naik hampir 20%.
2. struktur pembiayaan yang mahal, sebagian besar dari pinjaman China Development Bank dengan bunga lebih tinggi dibanding alternatif Jepang, menambah beban bunga hampir Rp 2 triliun per tahun.
3. keterlambatan proyek dari rencana awal memperpanjang biaya operasional dan menunda potensi pendapatan.
Kesimpulan
Utang proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (Whoosh) yang membengkak lebih dari USD 7,2 miliar tidak akan dibebani ke APBN.
Pemerintah bersama Danantara sedang menempuh restrukturisasi utang dan pengelolaan dividen BUMN untuk menyelesaikan kewajiban secara profesional.
Proses ini diharapkan memastikan proyek tetap berlanjut tanpa menambah tekanan finansial bagi negara. (daf)