“Kunjungannya adalah hadiah pribadi dari Kim Jong Il,” ungkap salah satu kenalan dekat.
“Ia disuruh berbelanja apa saja di Jepang, tanah kelahirannya.”
Darah Jeju dan Mitos Revolusi
Ko Tae Mun meninggal di Pyongyang pada 1980, meninggalkan warisan unik: darah Jeju, jejak Osaka, dan garis keturunan yang kini menguasai Korea Utara.
Ia mungkin gagal menjadi pegulat terkenal, tapi di tanah baru, kisahnya diubah menjadi legenda.
Di tangan propagandis Korea Utara, asal-usul sederhana keluarga Ko menjadi bahan cerita heroik.
Kisahnya ditulis ulang: seorang pejuang Jeju yang menentang pemerintah Korea Selatan yang “dikuasai kanan”, lalu kembali ke utara untuk mengabdi pada Kim Il Sung.
Dalam narasi itu, Kim Jong Un digambarkan sebagai pewaris “darah revolusioner” dari Jeju—bukan cucu dari keluarga imigran miskin di Osaka.
Bagi rezim Pyongyang, Tsuruhashi tak pernah ada.
Jejak Jepang dihapus dari sejarah keluarga Kim. Namun, bagi sebagian warga tua Korea di Osaka, mereka masih ingat Ko Tae Mun—si pegulat keras kepala yang dulu berjalan gagah di pasar Tsuruhashi.
“Saudara-saudaranya masih di Osaka,” kata salah satu sumber di komunitas Korea.
“Tapi mereka diam. Mereka sudah diberi pesan dari Pyongyang: jangan bicara apa pun.”
Inilah ironi sejarah keluarga Kim: dari lorong pasar gelap di Osaka hingga puncak kekuasaan di Pyongyang.
Di balik sosok pemimpin yang dielu-elukan, tersimpan kisah diaspora, kegagalan, dan kebisuan yang diselimuti propaganda. (tam)




