MEGAPOLITIK.COM - Di era pasca-pandemi, satu generasi tampil sebagai penggerak utama perubahan sosial dan politik dunia: Generasi Z.
Lahir antara akhir 1990-an hingga pertengahan 2010-an, kelompok muda ini kini menjadi wajah baru perlawanan global — dari Kathmandu hingga Antananarivo, dari Jakarta hingga Lagos.
Dengan ponsel di tangan dan idealisme di dada, mereka menantang status quo: melawan korupsi, memperjuangkan iklim, dan menggugat “politik tua” yang dianggap gagal menjawab realitas zaman.
Gen Z Nepal: Demo dari Ponsel ke Jalanan
Di Nepal, protes yang awalnya hanya berseliweran di media sosial berubah menjadi gelombang nyata di jalanan Kathmandu.
Ribuan anak muda turun menolak praktik korupsi dan penyelewengan dana publik.
“Politisi lama hidup di masa lalu. Kami hidup di masa depan,” ujar Shristi Gautam (23), aktivis muda yang jadi simbol gerakan Enough is Enough, melansir The Guardian.
Gerakan ini berhasil memaksa pemerintah meninjau ulang sejumlah proyek besar yang rawan korupsi — bukti bahwa tekanan digital kini bisa mengubah kebijakan negara.
Gen Z Madagaskar: Krisis Iklim Jadi Panggilan Moral
Sementara itu di Madagaskar, Gen Z berperang di garis depan isu krisis iklim.
Pulau yang semakin tergerus kekeringan memunculkan kelompok Youth for Climate Madagascar — komunitas muda yang mengorganisir aksi bersih pantai hingga kampanye global lewat TikTok dan Instagram.




