Mereka menuntut transparansi, meritokrasi, dan kesetaraan.
Fenomena ini terlihat di berbagai negara:
- Di Nigeria, gerakan #EndSARS yang digerakkan Gen Z mengguncang institusi kepolisian.
- Di Iran, anak muda perempuan menantang represi moral lewat gerakan Woman, Life, Freedom.
- Di Thailand, mereka menentang monarki absolut dan sensor politik.
Meski tiap negara punya konteks berbeda, benang merahnya jelas: ketidakpuasan terhadap elite tua dan keinginan membangun sistem baru yang lebih jujur, cepat, dan terbuka.
Aktivisme Digital, Perlawanan Tanpa Batas
Gen Z lahir di dunia di mana garis batas antara dunia nyata dan virtual sudah kabur. Mereka menggunakan meme, thread X, livestream, dan AI tools sebagai senjata politik.
Platform seperti TikTok, yang dulu dianggap tempat hiburan, kini berubah menjadi medan perang ideologi. Di tangan Gen Z, algoritma jadi alat advokasi.
Meski penuh semangat, tantangan Gen Z berikutnya adalah bagaimana mengubah protes menjadi kebijakan.
Gerakan digital butuh terjemahan konkret di parlemen, birokrasi, dan sistem hukum. (tam)




