“Karena itu saya memberi tugas kepada Badan Pengelola Investasi dan Antara Indonesia untuk membereskan BUMN BUMN kita. Tadinya pengelolaannya secara tidak masuk akal. Perusahaan rugi komisarisnya banyak banget. Saya potong setengah komisaris paling banyak enam orang kalau bisa cukup empat atau lima. Dan saya hilangkan tantiem. Saya pun tidak mengerti apa arti tantiem itu. Itu akal-akalan mereka saja. Dia memilih istilah asing supaya kita tidak mengerti apa itu tantiem," katanya.
Prabowo kemudian melanjutkan soal tantiem ini. Ia bahkan menyebut, jika ada komisaris keberatan soal kebijakan tantiem yang ia evaluasi, dipersilakan berhenti.
"Masa ada masa ada komisaris yang rapat sebulan sekali tantemnya Rp 40 miliar setahun. Saya juga telah perintahkan ke Danantara, direksi pun tidak perlu tantiem kalau rugi. Dan untungnya harus untung benar. Jangan untung akal-akalan. Kita sudah lama jadi orang Indonesia. Dan kalau direksi itu, kalau komisaris itu keberatan, segera berhenti," tegasnya.
Selain itu, Prabowo menekankan pentingnya efisiensi belanja negara dan manfaat nyata dari APBN:
“Belanja operasional yang tidak efisien dipangkas. Belanja negara harus memberi manfaat menciptakan lapangan kerja, memperkuat daya beli, dan meningkatkan kualitas layanan publik. Per APBN didorong untuk lebih proporsional. APBN kita utamakan untuk pemenuhan kebutuhan dasar dan layanan publik terbaik untuk rakyat,” katanya.
Prabowo menegaskan bahwa BUMN harus dikelola secara profesional dan transparan, serta peran pemerintah dan swasta perlu dioptimalkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. (tam)