Ia mendirikan Soros Fund Management pada 1970, yang kemudian menjadi salah satu perusahaan investasi paling sukses di dunia.
Namanya melejit setelah peristiwa “Black Wednesday” (16 September 1992) ketika ia meraih keuntungan sekitar USD 1 miliar dengan mempertaruhkan pound sterling melawan Bank of England.
Sejak itu, ia dijuluki “The Man Who Broke the Bank of England.”
Aktivisme dan Filantropi
Melalui Open Society Foundations (OSF) yang ia dirikan sejak 1979, Soros menggelontorkan lebih dari USD 8 miliar untuk mendukung demokrasi, kebebasan pers, hak asasi manusia, pendidikan, hingga kelompok minoritas di berbagai negara.
Di Indonesia, OSF pernah mendukung beberapa lembaga riset, media, hingga organisasi masyarakat sipil.
Namun, aktivitas ini kerap dituding sebagai bentuk campur tangan politik.
Soros sering dituduh berada di balik “revolusi berwarna” di berbagai negara, yaitu gerakan protes yang berujung perubahan rezim.
Kritikus menyebutnya menggunakan kekuatan finansial untuk memengaruhi arah politik suatu negara sesuai kepentingan Barat.
Meski begitu, para pendukungnya menilai Soros adalah tokoh yang konsisten memperjuangkan keterbukaan, demokrasi, dan hak asasi manusia.
Kehidupan Pribadi
Soros telah menikah tiga kali dan memiliki lima orang anak. Ia kini tinggal di Amerika Serikat.
Pada usia lebih dari 90 tahun, ia tetap menjadi salah satu tokoh paling berpengaruh sekaligus kontroversial di dunia, baik di bidang keuangan maupun politik global. (tam)