Senin, 22 September 2025

Media Rusia Beritakan Dugaan George Soros Dalangi Aksi Demo di Indonesia

Selasa, 2 September 2025 - 10:6

GEORGE SOROS /IG @georgesoros

MEGAPOLITIK.COM - Gelombang protes yang mengguncang Indonesia awal bulan ini menarik perhatian media internasional.

Sputnik, media Rusia, menyoroti adanya dugaan keterlibatan tokoh keuangan George Soros dan lembaga asing dalam aksi unjuk rasa tersebut.

Protes yang sempat memaksa Presiden Prabowo Subianto membatalkan agenda kunjungannya ke Tiongkok dan absen di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Shanghai Cooperation Organization (SCO) itu dinilai tidak hanya dipicu oleh faktor ekonomi, melainkan juga kemungkinan ada pengaruh eksternal.

Simbol "One Piece" Jadi Sorotan

Analis geopolitik Angelo Giuliano diberitakan Sputnik bahwa penggunaan bendera bajak laut dari anime Jepang One Piece oleh demonstran bisa menjadi tanda adanya skenario terencana.

Dalam anime tersebut, para bajak laut mengibarkan bendera hitam bergambar tengkorak dengan topi jerami sebagai simbol perlawanan terhadap tirani.

Simbol serupa kini marak muncul di Indonesia, mulai dari dinding, mobil, hingga pintu rumah warga.

“Simbol ini bukan sekadar tren, tapi mirip dengan pola yang pernah digunakan di wilayah lain. Ada indikasi pengaruh eksternal,” kata Giuliano.

Nama Soros dan NED Muncul

Lebih jauh, Giuliano menyoroti dua aktor asing yang disebut kerap terlibat dalam gerakan serupa di negara lain:

National Endowment for Democracy (NED), lembaga yang disebut sudah menyalurkan dana ke media Indonesia sejak era 1990-an.

Open Society Foundations (OSF) milik George Soros, yang aktif secara global dengan dana lebih dari 8 miliar dolar AS, dan mendukung sejumlah organisasi di Indonesia.

“Jika dilihat dari rekam jejaknya, sangat mungkin mereka ikut mendorong dinamika ini,” ujar Giuliano.

Konteks Geopolitik

Jeff J. Brown, penulis The China Trilogy dan pendiri Seek Truth From Facts Foundation, menambahkan bahwa situasi di Indonesia bisa jadi bagian dari skenario revolusi berwarna ala Barat.

Menurutnya, Barat pernah menerapkan pola serupa di Serbia dan negara lain dengan tujuan mengganti rezim yang tidak sejalan dengan kepentingannya.

“G7 ingin menghadirkan pemimpin baru yang pro-AS, seperti era Suharto dulu. Prabowo tidak cocok dengan agenda itu karena ia justru memperkuat hubungan dengan Tiongkok, Rusia, SCO, dan BRICS,” kata Brown.

Indonesia Jadi Sasaran Empuk

Indonesia kini menjadi negara Asia Tenggara pertama yang bergabung dengan BRICS dan secara terbuka mendukung inisiatif global Belt and Road Initiative (BRI) yang digagas Tiongkok.

Selain itu, Indonesia merupakan ekonomi terbesar kedelapan dunia (berdasarkan PPP), terbesar di ASEAN, dan negara dengan populasi keempat terbanyak di dunia—hampir 300 juta jiwa.

“Dari sudut pandang Barat, Indonesia adalah target yang sangat strategis. Tidak mengherankan jika mereka mencoba menguji stabilitas melalui revolusi berwarna,” ujar Brown menutup analisanya.

 

Profil George Soros 

George Soros adalah seorang miliarder, investor, dan filantropis asal Hungaria-Amerika yang dikenal luas karena kiprahnya di pasar keuangan global sekaligus aktivitas politik dan sosialnya yang kerap memicu kontroversi.

George Soros lahir dengan nama György Schwartz pada 12 Agustus 1930 di Budapest, Hungaria.

Ia berasal dari keluarga Yahudi yang harus bertahan hidup dari pendudukan Nazi Jerman selama Perang Dunia II.

Pada 1947, Soros pindah ke Inggris dan menempuh pendidikan di London School of Economics.

Di sana ia terinspirasi oleh filsuf Karl Popper, yang kemudian memengaruhi cara pandangnya tentang masyarakat terbuka (open society).

Soros memulai karier di sektor keuangan di London sebelum akhirnya pindah ke Amerika Serikat pada 1950-an.

Ia mendirikan Soros Fund Management pada 1970, yang kemudian menjadi salah satu perusahaan investasi paling sukses di dunia.

Namanya melejit setelah peristiwa “Black Wednesday” (16 September 1992) ketika ia meraih keuntungan sekitar USD 1 miliar dengan mempertaruhkan pound sterling melawan Bank of England.

Sejak itu, ia dijuluki “The Man Who Broke the Bank of England.”

Aktivisme dan Filantropi

Melalui Open Society Foundations (OSF) yang ia dirikan sejak 1979, Soros menggelontorkan lebih dari USD 8 miliar untuk mendukung demokrasi, kebebasan pers, hak asasi manusia, pendidikan, hingga kelompok minoritas di berbagai negara.

Di Indonesia, OSF pernah mendukung beberapa lembaga riset, media, hingga organisasi masyarakat sipil.

Namun, aktivitas ini kerap dituding sebagai bentuk campur tangan politik.

Soros sering dituduh berada di balik “revolusi berwarna” di berbagai negara, yaitu gerakan protes yang berujung perubahan rezim.

Kritikus menyebutnya menggunakan kekuatan finansial untuk memengaruhi arah politik suatu negara sesuai kepentingan Barat.

Meski begitu, para pendukungnya menilai Soros adalah tokoh yang konsisten memperjuangkan keterbukaan, demokrasi, dan hak asasi manusia.

Kehidupan Pribadi

Soros telah menikah tiga kali dan memiliki lima orang anak. Ia kini tinggal di Amerika Serikat.

Pada usia lebih dari 90 tahun, ia tetap menjadi salah satu tokoh paling berpengaruh sekaligus kontroversial di dunia, baik di bidang keuangan maupun politik global. (tam)

 

Populer
recommended
Jangan Lewatkan
Our Networks
Member of mediaemas.id