"Teori pertama, teori balas dendam. Pertanyaan saya, siapa yang mau membalas kepada siapa? Forum itu dihadiri tokoh-tokoh yang memang selama ini vokal terhadap pemerintahan Presiden Jokowi. Tetapi kalau cuma vokal saja, ini ILC setiap saat mengkritik pemerintahan Jokowi, enggak ada orang yang mau membubarkan, kan gitu," ucap Refly Harun.
"Jadi, menurut saya, teori dendam rasanya enggak tepat," lanjutnya lagi.
Kemudian, dia menjelaskan lagi soal teori kedua, yakni berkaitan dengan pergantian kepemimpinan yang juga diikuti dengan pergantian susunan kabinet serta menteri-menteri pembantu presiden nantinya.
"Ini ada pergantian kepemimpinan yang akan disertai dengan penunjukkan kabinet dan pembantu setingkat menteri. Kalau kita bicara mengenai yang berkepentingan siapa, yang kemudian mau dibidik siapa, maka pertama pastikan dulu bahwa kejadian itu harus bisa terekspose dengan baik, dan itu menjadi hal sangat penting, sehingga yang dibidik itu akan dianggap kecolongan, tidak berhasil dan lain sebagainya," katanya.
Lalu, Refly Harun kemudian memberikan pengandaiannya.
"Let say kalau kita mau mengatakan Kapolri. Ini mohon maaf Pak Susno ya. Kapolri ini kan masih lama masa jabatannya. Kelahiran tahun 69, usianya baru 55 tahun. Pensiun 3 tahun lagi, lama sekali. Mau diapakan masa pemerintahan Prabowo ini? Tetap mau dijadikan Kapolri atau mau dijadikan menteri yang lain atau mau jadi duta besar?," katanya.
"Ini juga membawa spekulasi. Apakah kemudian ada internal konflik di antara kepolisian, agar ada orang yang kemudian dideskreditkan sebagai orang yang tidak mampu menjamin keamanan," lanjut Refly Harun.
Namun, soal teori kedua ini, disebutnya juga sama seperti teori pertama tadi, dimana dirasa tak berhasil. Ini dikarenakan hingga usai terjadinya pembubaran diskusi di Kemang itu, tak ada menjurus mempermasalahkan kinerja Kapolri Listyo Sigit.