Menurutnya, keberhasilan program ini akan menentukan masa depan generasi muda, karena gizi anak sangat berpengaruh pada kualitas pendidikan, kesehatan, hingga produktivitas di masa depan.
“Ini bukan soal anggaran bisa terserap atau tidak, tapi soal masa depan anak bangsa. Kalau anggarannya digunakan dengan baik, manfaatnya bukan hanya hari ini, tapi 10-20 tahun ke depan,” tutur Luhut.
Selain itu, ia menegaskan, serapan yang baik akan berdampak langsung pada perekonomian daerah.
Setiap perputaran uang dari program MBG, mulai dari pembelian bahan makanan lokal hingga distribusi ke sekolah, akan memperkuat daya beli masyarakat di tingkat bawah.
Tantangan Program MBG: Serapan dan Pengawasan
Meski menjadi program prioritas, MBG juga tidak lepas dari berbagai tantangan.
Salah satunya terkait kasus keracunan makanan di beberapa daerah, seperti di Agam, Sumatera Barat, dan Timor Tengah Selatan, NTT.
Kejadian ini sempat memunculkan kritik publik terhadap standar kualitas dan pengawasan dalam implementasi program.
Menanggapi hal itu, Purbaya menegaskan perlunya evaluasi berkala, termasuk meminta BGN melaporkan progres penyerapan anggaran setiap minggu di depan Komisi XI DPR RI.
“Kalau serapannya bagus, kami dukung bahkan dengan penambahan anggaran. Tapi kalau tidak ada perbaikan, ya wajar saja kalau sebagian anggaran dialihkan,” tegasnya. (tam)