Putusan itu menyebut biara hanya “berhak menggunakan” tanah dan situs religius di sekitarnya, bukan memilikinya.

Uskup Agung Ieronymos II dari Athena menentang keputusan tersebut dengan keras.

“Properti biara sedang disita. Mercusuar spiritual Ortodoksi dan kebudayaan Yunani ini kini menghadapi ancaman eksistensial,” katanya.

Uskup Agung St. Catherine, Damianos, menyebut keputusan itu sebagai “pukulan berat dan aib”.

Perselisihan tersebut bahkan memicu perpecahan di antara para biarawan dan akhirnya membuatnya mengundurkan diri.

Patriark Ortodoks Yunani Yerusalem menegaskan bahwa lokasi suci ini dilindungi oleh surat perlindungan dari Nabi Muhammad.

Biara Bizantium tersebut juga memiliki sebuah masjid kecil peninggalan era Fatimiyah — simbol perdamaian antara umat Kristen dan Muslim.

Menyusul diplomasi intensif, Yunani dan Mesir akhirnya sepakat untuk melindungi identitas serta warisan budaya Ortodoks Yunani di St. Catherine.

Proyek “Hadiah Mesir untuk Dunia”

Sejak 2021, pemerintah Mesir meluncurkan Proyek Transfigurasi Besar untuk mengembangkan pariwisata di kawasan itu.

Proyek ini mencakup pembangunan hotel, penginapan ramah lingkungan, pusat pengunjung besar, perluasan bandara kecil, dan jalur kereta gantung menuju Gunung Musa.

Pemerintah mempromosikannya sebagai “hadiah Mesir untuk seluruh dunia dan semua agama”.