Lalu, pada lanjutan kisah di buku tersebut, Sukarno menceritakan kisah bagaimana ayahnya akhirnya meminang sang ibu. Sejarah itu diceritakan ibunda Sukarno kepadanya.
"Ibu saya juga cerita bagaimana ayah memenangkan hatinya. Ibu adalah gadis pura Hindu-Budha yang tugasnya membersihkan tempat suci pagi dan sore. Ayah guru sekolah di Singaradja, suka duduk dekat mata air pura setelah mengajar. Suatu hari ia melihat ibu, lalu sering mengunjunginya. Mereka saling tertarik. Namun, adat Bali saat itu tidak mengizinkan perempuan menikah dengan pria dari pulau lain. Ayah seorang Muslim Jawa, ibu Hindu-Budha Bali. Mereka hanya bisa menikah diam-diam," cerita Bung Karno.
Pernikahan ayah dan ibu Sukarno pun dilakukan dengan penuh perjuangan. Diceritakan, ada kejadian ayah dan ibunya melarikan diri untuk bisa terus bersama hingga pernikahan.
"Mereka melarikan diri dan menginap di rumah teman saat malam pernikahan. Orang tua ibu marah dan ingin membawa ibu pulang, tapi Kepala Polisi yang teman ayah melindungi mereka. Sidang perkawinan akhirnya diadakan. Ibu ditanya, “Apakah dipaksa menikah?” Ibu menjawab, “Tidak, saya mencintainya dan menikah karena saya mau. Pernikahan diizinkan, tapi ibu harus membayar denda dan menjual perhiasannya untuk itu. Karena merasa tidak diterima di Bali, ayah pindah ke Surabaya dan di sanalah saya lahir," jelas Sukarno dalam An Autobiography (as told to Cindy Adams). (tam)
Sumber: An Autobiography (as told to Cindy Adams)