MEGAPOLITIK.COM - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali mencuri perhatian publik internasional setelah dinominasikan sebagai penerima Hadiah Nobel Perdamaian 2025.
Usulan ini datang setelah Trump dianggap berjasa dalam mendorong tercapainya kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Iran, yang sebelumnya terlibat konflik bersenjata selama hampir dua minggu.
Dianggap Berperan Mengakhiri Perang 12 Hari
Anggota DPR AS dari Partai Republik, Rep. Buddy Carter (Georgia), secara resmi mengirimkan surat kepada Komite Nobel Perdamaian.
Dalam surat tersebut, Carter menyebut Trump memiliki “peran luar biasa dan bersejarah” dalam mengakhiri perang singkat antara dua negara yang dikenal memiliki tensi tinggi di kawasan Timur Tengah itu.
"Presiden Trump telah menghentikan konflik bersenjata antara Israel dan Iran, serta mencegah sponsor terorisme terbesar di dunia mendapatkan senjata paling mematikan di planet ini," tulis Carter.
Trump sendiri mengumumkan berakhirnya konflik yang disebut sebagai “Perang 12 Hari” pada Senin (waktu setempat), dengan gencatan senjata mulai berlaku Selasa malam.

Operasi Militer dan Diplomasi: Trump Disebut Berani dan Tegas
Ketegangan memuncak sejak Israel meluncurkan serangan preemptif ke Iran, karena menilai Teheran berada di ambang mengembangkan senjata nuklir.
Serangan udara saling balas pun terjadi. Amerika Serikat turut menyerang tiga fasilitas nuklir utama Iran lewat Operasi Midnight Hammer, yang disebut sebagai serangan udara B-2 terbesar dalam sejarah militer AS.
Iran merespons dengan menembakkan roket ke pangkalan militer AS di Qatar.
Namun serangan itu sudah diberitahukan lebih dulu ke pihak AS dan Qatar, dan tidak menimbulkan korban.
Menurut Carter, “pengaruh Trump sangat krusial dalam mendorong tercapainya kesepakatan yang semula dianggap mustahil.”
Ia menilai tindakan Trump mencerminkan nilai-nilai utama Hadiah Nobel Perdamaian: mendorong perdamaian, mencegah perang, dan menciptakan harmoni internasional.
Bukan Kali Pertama Trump Masuk Nominasi Nobel
Dalam suratnya, Carter juga menyebut bahwa Trump "menawarkan harapan langka bagi dunia."
Karena itulah ia mengusulkan agar Trump—yang kini menjabat sebagai Presiden ke-47 AS—dipertimbangkan untuk Nobel Perdamaian 2025.
Trump sendiri bukan wajah baru dalam nominasi Nobel.
Awal tahun ini, Rep. Darrell Issa dari California juga mengajukan Trump atas dasar kemenangan politiknya di Pilpres 2024 yang dianggap berdampak positif pada stabilitas global.
Menurut situs Nobel, sudah ada 338 kandidat yang masuk dalam daftar nominasi untuk tahun 2025.
Carter Dikenal Sebagai Loyalis Trump, Tapi Konflik Masih Rentan
Buddy Carter diketahui sebagai pendukung setia Trump dan kini tengah maju dalam pemilihan anggota Senat di Georgia.
Ia juga mengajukan sejumlah RUU yang dinilai simbolis, seperti usulan mengganti nama Greenland menjadi “Red, White, and Blueland,” merujuk pada ketertarikan Trump terhadap wilayah itu.
Ia juga pernah mengusulkan agar Trump diberi kewenangan menjual gedung federal yang dinamai tokoh Demokrat Nancy Pelosi.
Namun, situasi di Timur Tengah belum sepenuhnya aman. Israel menuduh Iran telah melanggar kesepakatan gencatan senjata—meski tuduhan ini telah dibantah oleh Teheran.
Ini menunjukkan bahwa meski gencatan senjata telah disepakati, potensi konflik masih sangat rentan kembali meletus. (tam)