MEGAPOLITIK.COM - Dualisme kepemimpinan kembali muncul di Partai Persatuan Pembangunan (PPP) setelah digelarnya Muktamar di Ancol, Jakarta Utara, pada Sabtu (27/9/2025) lalu.
Dua kubu, yang dipimpin oleh M. Mardiono dan Agus Suparmanto, sama-sama mengklaim terpilih sebagai Ketua Umum PPP.
Belum jelas bagaimana persoalan dualisme PPP ini akan berbuah solusi atau tidak dalam beberapa waktu ke depan.
Tetapi, sebagai salah satu partai yang didirikan sebelum 1998, PPP merupakan partai politik yang sempat berjaya dengan melahirkan kader-kader mereka di kursi legislatif nasiona.
Kami berikan sejarah singka serta perolehan suara per pemilu dari PPP.
Sejarah Singkat Perolehan Suara PPP
Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dikenal dengan julukan Partai Ka'bah, didirikan pada 5 Januari 1973 sebagai hasil fusi empat partai Islam: Nahdlatul Ulama (NU), Parmusi, PSII, dan Perti.
Partai ini dipelopori oleh KH Idham Chalid (Ketua Umum PB NU), H.Mohammad Syafaat Mintaredja (Ketua Umum Parmusi), SH, Haji Anwar Tjokroaminoto ( Ketua Umum PSII), Haji Rusli Halil (Ketua Umum Perti), dan Haji Mayskur (Ketua Kelompok Persatuan Pembangunan di DPR). Dengan hasil gabungan dari partai-partai besar berbasis Islam, maka PPP telah memproklamirkan diri sebagai “Rumah Besar Umat Islam”.
Awal berdiri PPP menerapkan asas Islam dengan lambang Kabah.
Namun sejak tahun 1984, PPP menggunakan asas Negara Pancasila sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan sistem politik yang berlaku saat itu, ini disebabkan karena adanya tekanan politik dalam kekuasaan Orde Baru.
Selanjutnya PPP secara resmi menggunakan asas Pancasila dengan lambang bintang dalam segi lima berdasarkan Muktamar I PPP tahun 1984.
Dalam perjalannya, PPP kembali menggunakan asas Islam dengan lambang Kabah sejak tumbang-nya kekuasaan Presiden Soeharto tahun 1998 berdasarkan kesepakatan dalam Muktamar IV akhir tahun 1998.
Sejak era Orde Baru, PPP menjadi salah satu partai utama di Indonesia, bersaing dengan Golkar dan PDI.
Pada puncak kejayaannya, Pemilu 1982, PPP memperoleh 20,82 juta suara (27,78 %) dan 94 kursi DPR, menempatkan partai ini memiliki kader legislatif terbanyak dibandingkan PDI saat itu.
1. Pemilu 1977: Awal Era Orde Baru
- Suara: 18,74 juta
- Persentase: 29,3%
- Kursi DPR: 99
PPP menjadi salah satu dari tiga partai utama di era Orde Baru, bersaing dengan Golkar dan PDI.
2. Pemilu 1982: Stabilitas PPP
- Suara: 20,87 juta
- Persentase: 27,78 %
- Kursi DPR: 94
Partai ini tetap mempertahankan dominasi dan identitas Islamnya. Meski ada kenaikan jumlah suara, hasil pada Pemilu 1982, jumlah kursi DPR untuk PPP berkurang menjadi hanya 94 kursi.
3. Pemilu 1987: Suara Menurun
- Suara: 13,7 juta
- Persentase: 15,25 %
- Kursi DPR: 61
4. Pemilu 1992: Kenaikan Suara Pemilih hingga 16,6 juta
- Suara: 16.6 juta
Persentase: 17 %
Kursi DPR: 62
5. Pemilu 1997: Perolehan Suara Kembali Naik
- Suara: 25.34 juta
- Persentase: 22,43 %
- Kursi DPR: 89
6. Pemilu 1999: Pemilu Pertama usai Soeharto Lengser
- Suara: 11,3 juta
- Persentase: 10,7%
- Kursi DPR: 59
7. Pemilu 2004
- Suara: 9,24 juta
- Persentase: 10,55%
- Kursi DPR: 58
8. Pemilu 2009
- Suara: 5.53 juta
- Persentase: 5,32 %
- Kursi DPR: 39
9. Pemilu 2014
- Suara: 8,15 juta
- Persentase: 6,53%
- Kursi DPR: 39
Di Pemilu 2014 ini, total suara PPP sudah lebih rendah dibandingkan partai-partai yang baru berdiri, semisal Demokrat, PKS, dan juga Gerindra.
10. Pemilu 2019: Kembali Menurun
- Suara: 6,32 juta
- Persentase: 4,52 %
- Kursi DPR: 19
11. Pemilu 2024: Tidak Lolos DPR
- Suara: 5,87 juta
Persentase: 3,87 %
Kursi DPR: 0
PPP gagal melewati ambang batas parlemen 4%, pertama kali sejak berdiri. Imbasnya, tak ada waki rakyat PPP yang duduk di Senayan (DPR RI).
Dari penjelasan di atas terlihat jelas tren penurunan suara PPP sejak Pemilu 1999.'
Pada Pemilu 2024, PPP gagal mencapai ambang batas parlemen 4%, sehingga tidak memperoleh kursi DPR untuk pertama kalinya dalam sejarah partai. (tam)