Meski namanya pernah disebut, Gus Ipul menegaskan fokusnya saat ini adalah membantu pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wali Kota Gibran Rakabuming Raka. Ia merasa belum memiliki kapasitas untuk memimpin PPP.
“Saya rasa banyak kader internal maupun eksternal yang lebih layak memimpin PPP dibanding saya,” ujarnya.
Ketua Majelis Pertimbangan PPP, Romahurmuziy, mengungkap sejumlah nama lain dari luar partai yang pernah dipertimbangkan, seperti Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Menteri Perdagangan Agus Suparmanto, bahkan sempat membujuk Anies Baswedan dan mantan Presiden Jokowi untuk maju. Namun, semuanya menolak.
“Saya berupaya keras agar PPP bisa kembali menembus DPR, tapi usaha ini sangat berat. Sejak reformasi, belum ada partai yang sempat terlempar dari DPR dan kemudian bisa kembali,” ujarnya.
Pakar komunikasi politik Hendri Satrio menilai kenyataan tersebut mencerminkan realitas politik sekarang, di mana kemampuan logistik menjadi kunci utama keberhasilan partai dan calon ketua umum.
“Hari ini, yang menentukan hanyalah logistik. Oleh karena itu, calon yang diharapkan adalah mereka yang memiliki sumber daya besar agar bisa membawa partai kembali ke Senayan. Nama-nama besar akan tersaring oleh kemampuan logistik yang mereka miliki,” jelas Hendri Satrio.
Fenomena ini menunjukkan bahwa dalam dunia politik modern, idealisme seringkali kalah oleh realitas kebutuhan dana dan jaringan yang kuat. PPP pun harus mencari figur yang mampu menghadapi tantangan logistik demi mengembalikan kejayaannya di parlemen. (tam)