Daftar Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Indonesia (Triwulan II 2025)
- Maluku Utara – 32,09%
- Sulawesi Tengah – 7,95%
- Kepulauan Riau – 7,14%
- Bali – 5,95%
- Sulawesi Tenggara – 5,89%
- Sulawesi Utara – 5,64%
- Kalimantan Barat – 5,59%
- DI Yogyakarta – 5,49%
- Nusa Tenggara Timur – 5,44%
- Sumatera Selatan – 5,42%
- Kalimantan Selatan – 5,39%
- Banten – 5,33%
- Jawa Tengah – 5,28%
- Jawa Barat – 5,23%
- Jawa Timur – 5,23%
- DKI Jakarta – 5,20%
- Gorontalo – 5,14%
- Lampung – 5,09%
- Jambi – 4,99%
- Bengkulu – 4,99%
- Kalimantan Tengah – 4,99%
- Sulawesi Selatan – 4,94%
- Aceh – 4,82%
- Sumatera Utara – 4,69%
- Kalimantan Timur – 4,69%
- Riau – 4,59%
- Kalimantan Utara – 4,54%
- Sulawesi Barat – 4,29%
- Kepulauan Bangka Belitung – 4,09%
- Papua Selatan – 4,09%
- Sumatera Barat – 3,94%
- Papua – 3,55%
- Maluku – 3,19%
- Papua Barat Daya – 3,19%
- Papua Pegunungan – 3,19%
- Papua Barat – -0,23%
- Nusa Tenggara Barat – -0,82%
- Papua Tengah – -9,83%
Provinsi dengan Pertumbuhan Terendah
Di sisi lain, sejumlah provinsi masih menghadapi kontraksi ekonomi.
Provinsi Papua Tengah mengalami kontraksi ekonomi terdalam di Indonesia pada Triwulan II 2025, dengan pertumbuhan negatif sebesar -9,83% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Penurunan ini disebabkan oleh turunnya produksi sektor pertambangan dan lemahnya ekspor mineral.
Sementara, Nusa Tenggara Barat (NTB) mencatatkan kontraksi ekonomi sebesar -0,82% pada Triwulan II 2025.
Penurunan ini terutama disebabkan oleh turunnya produksi sektor tambang dan lemahnya ekspor mineral, yang merupakan sektor unggulan provinsi ini.
Papua Barat Daya mencatatkan kontraksi ekonomi sebesar -3,19% pada Triwulan II 2025.
Kendala utama yang dihadapi termasuk keterbatasan infrastruktur dan rendahnya investasi, yang menghambat pengembangan sektor-sektor produktif di wilayah tersebut.
Sama seperti Papua Barat Daya, Papua Pegunungan juga mengalami kontraksi ekonomi sebesar -3,19% pada Triwulan II 2025.
Faktor-faktor seperti kurangnya konektivitas antarwilayah dan minimnya dukungan investasi menjadi tantangan utama dalam upaya pemulihan ekonomi provinsi ini.
Papua Barat mengalami pertumbuhan ekonomi negatif sebesar -0,23% pada Triwulan II 2025.
Meskipun demikian, kontraksinya tidak sebesar provinsi-provinsi lainnya di kawasan timur Indonesia.