MEGAPOLITIK.COM - Sebanyak 386 warga negara Indonesia (WNI) tercatat berada di Iran, sebagian besar adalah pelajar dan mahasiswa yang tinggal di Kota Qom.

Data tersebut berdasarkan data dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Teheran.

Lantas, berapa WNI yang sudah dievakuasi ke lokasi aman menyusul meningkatnya ketegangan di kawasan akibat konflik Iran–Israel yang pecah sejak 13 Juni 2025? 

Melalui Kementerian Luar Negeri RI, pemerintah telah memulai proses evakuasi WNI dari Iran untuk menghindari risiko lebih besar.

Proses evakuasi ini dilakukan melalui jalur darat menuju perbatasan Azerbaijan.

97 WNI Sudah Dievakuasi Aman ke Baku, Azerbaijan

Direktur Pelindungan WNI dan BHI Kemlu RI, Judha Nugraha, menyampaikan bahwa para WNI yang akan dievakuasi telah terlebih dahulu dikumpulkan dan diinapkan di safe house milik KBRI Teheran sebelum diberangkatkan menuju Azerbaijan.

"Proses evakuasi saat ini sedang berjalan via jalan darat," kata Judha, Jumat (20/6/2025).

Sementara itu, Menteri Luar Negeri RI Sugiono memberikan kabar terbaru pada 21 Juni 2025 dari Istanbul, bahwa tahap pertama evakuasi telah berhasil membawa 97 orang melewati perbatasan Iran-Azerbaijan dan kini telah berada di Baku, Azerbaijan.

"Sebanyak 97 orang telah melewati perbatasan. Terdiri dari 93 WNI, 3 staf kedutaan, dan 1 WN Iran pasangan dari WNI," ujar Menlu Sugiono dalam pernyataan video.

Perjalanan evakuasi tersebut dilaporkan memakan waktu sekitar 16 jam, dengan kondisi perbatasan yang lebih padat dari biasanya.

Meski begitu, seluruh WNI yang telah dievakuasi dilaporkan dalam kondisi sehat dan aman.

Empat WNI Lain Dievakuasi Lewat Jalur Yordania

Selain evakuasi via Azerbaijan, Kementerian Luar Negeri juga mengonfirmasi bahwa 4 WNI berhasil dievakuasi melalui jalur Yordania.

Pemerintah terus melakukan komunikasi intensif dengan para WNI yang masih berada di Iran untuk memastikan kelanjutan evakuasi berjalan lancar.

Presiden Prabowo Subianto melalui koordinasi dengan Kemlu RI telah menaikkan status kewaspadaan dari Siaga 2 menjadi Siaga 1, menyusul eskalasi konflik yang membahayakan keamanan warga Indonesia di wilayah tersebut. (tam)