MEGAPOLITIK.COM -  Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI telah merilis hasil resmi rekapitulasi suara nasional Pemilu 2024.

Dari total 18 partai politik peserta pemilu, hanya sembilan partai yang berhasil menembus ambang batas parlemen sebesar 4 persen.

Sementara itu, sembilan partai lainnya gagal masuk DPR dan dikategorikan sebagai parpol nonparlemen.

Meski tak lolos ke Senayan, beberapa partai tetap menunjukkan peningkatan perolehan suara secara signifikan dibanding pemilu sebelumnya.

Berdasarkan data resmi KPU, berikut urutan parpol nonparlemen dengan perolehan suara terbanyak di Pemilu 2024.

PSI Peringkat Kedua Parpol Nonparlemen

Di posisi teratas partai nonparlemen ditempati oleh Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dengan perolehan 5.878.777 suara atau 3,87 persen.

Partai yang dipimpin Mardiono itu hanya terpaut tipis dari ambang batas 4 persen, menjadikannya partai nonparlemen dengan suara tertinggi.

Menyusul di posisi kedua ada Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dengan 4.260.169 suara atau 2,80 persen.

Hasil ini menjadi capaian tertinggi PSI sejak pertama kali mengikuti pemilu, sekaligus menunjukkan meningkatnya dukungan terhadap partai muda yang kini dipimpin Kaesang Pangarep.

Perolehan Lengkap Suara Parpol Nonparlemen

Berikut daftar lengkap perolehan suara partai nonparlemen berdasarkan hasil rekapitulasi nasional KPU Pemilu 2024:

• Partai Persatuan Pembangunan (PPP) – 5.878.777 suara (3,87%)
• Partai Solidaritas Indonesia (PSI) – 4.260.169 suara (2,80%)
• Partai Perindo – 1.955.154 suara (1,29%)
• Partai Gelora Indonesia – 1.281.991 suara (0,84%)
• Partai Hanura – 1.094.588 suara (0,72%)
• Partai Buruh – 972.910 suara (0,64%)
• Partai Ummat – 642.545 suara (0,42%)
• Partai Bulan Bintang (PBB) – 325.807 suara (0,21%)
• Partai Garuda – 201.035 suara (0,13%)
• Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) – 167.009 suara (0,11%)

PPP Turun, PSI Naik — Peta Politik Nonparlemen Berubah

Hasil Pemilu 2024 menandai perubahan besar dalam peta politik nasional.

PPP, yang sebelumnya merupakan partai parlemen dan bahkan sempat menjadi bagian dari pemerintahan, kini harus rela kehilangan kursi di Senayan setelah gagal menembus ambang batas 4 persen.

Sebaliknya, PSI justru mengalami kenaikan signifikan dibanding Pemilu 2019.

Lonjakan suara PSI dianggap sebagai bukti keberhasilan partai ini menarik simpati pemilih muda dan urban melalui strategi komunikasi digital yang agresif serta figur Kaesang Pangarep sebagai ketua umum.

Fenomena ini menunjukkan bahwa dinamika politik Indonesia semakin kompetitif dan cair.

Partai lama seperti PPP kini dituntut beradaptasi dengan pola kampanye dan selera politik generasi baru, sementara partai muda seperti PSI mulai membuktikan diri sebagai kekuatan politik yang patut diperhitungkan di masa depan. (tam)