MEGAPOLITIK.COM - Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Ulil Abshar Abdalla atau Gus Ulil, kembali menjadi pusat perhatian publik setelah adanya talkshow antara dirinya dengan perwakilan Greenpeace Indonesia berkaitan dengan kemaslahatan dan kemudharatan industri ektraktif pertambangan.
Talkshow antara Gus Ulil dan Iqbal Damanik dari Greenpeace Indonesia itu dilaksanakan di Kompas TV, membahas soal polemik tambang kontroversial di Raja Ampat, Papua Barat Daya, yang baru-baru ini dihentikan oleh Presiden Prabowo Subianto.
Di sana, Gus Ulil menyampaikan kritik terhadap sikap sebagian aktivis lingkungan yang menurutnya terlalu ekstrem. Ia bahkan membandingkan pendekatan penolakan total terhadap penambangan dengan paham Wahabi.
"Menolak tambang secara mutlak seperti itu, mirip dengan orang Wahabi yang tidak membolehkan teks disentuh sama sekali," ujar Ulil, merujuk pada pernyataan Iqbal Damanik dari Greenpeace Indonesia yang bersikap keras menolak industri pertambangan.
Kritik Terhadap Ekstremisme Lingkungan
Lewat unggahan media sosial, Gus Ulil menekankan bahwa kepedulian terhadap lingkungan itu penting, namun perlu dibedakan dengan fanatisme.
“Peduli lingkungan oke, menjadi lingkungan jangan,” tulisnya. Ia menilai bahwa sikap ‘wahabi lingkungan’ sarat dengan alarmisme global dan pendekatan yang tidak memberi ruang kompromi.
Profil Singkat Gus Ulil
KH Ulil Abshar Abdalla lahir di Pati, Jawa Tengah pada 11 Januari 1967.
Ia merupakan tokoh pemikir Islam progresif yang dikenal luas sebagai pendiri sekaligus mantan koordinator Jaringan Islam Liberal (JIL).
Saat ini, ia menjabat Ketua PBNU menggantikan posisi sebelumnya sebagai Ketua Lakpesdam PBNU periode 2022–2027.
Ayahnya, KH Abdullah Rifa’i, adalah ulama kharismatik dari Pesantren Mansajul Ulum, Pati.
Riwayat Pendidikan dan Karier Akademik
Gus Ulil menyelesaikan pendidikan menengah di Madrasah Mathali'ul Falah, Kajen, lalu menempuh pendidikan tinggi di LIPIA Jakarta, Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, dan Universitas Boston, AS, tempat ia meraih gelar magister.
Pendidikan doktoralnya diselesaikan di Universitas Harvard.
Latar belakang akademiknya membentuk fondasi kuat bagi gagasan-gagasannya yang kerap menyuarakan pluralisme dan modernisasi pemikiran Islam.
Aktivisme dan Kiprah Politik
Selain aktif di NU dan sebagai peneliti di Institut Studi Arus Informasi (ISAI), Gus Ulil juga pernah berkecimpung dalam politik.
Ia pernah menjabat sebagai Ketua Divisi Strategi dan Kebijakan di DPP Partai Demokrat pada era Anas Urbaningrum. Kini, ia lebih memilih mengajar dan aktif dalam forum kajian keislaman.
Kontroversi yang Pernah Melibatkan Gus Ulil
Nama Gus Ulil tak lepas dari kontroversi. Pada 2002, artikelnya di Harian Kompas yang berjudul Menyegarkan Kembali Pemahaman Islam menuai reaksi keras dari sejumlah kalangan, bahkan berujung pada fatwa sesat dan ancaman pembunuhan.
Pada 2011, ia juga menjadi target bom buku yang dikirim ke komunitas Utan Kayu, meski selamat dari insiden tersebut.
Sikap kritis Gus Ulil terhadap isu Ahmadiyah dan berbagai kebijakan intoleran membuatnya sering dikecam, namun di sisi lain mendapat dukungan dari kelompok yang mendorong pembaruan dalam Islam. (tam)