MEGAPOLITIK.COM - Serangan militer Amerika Serikat (AS) ke Iran yang diumumkan Presiden Donald Trump menuai reaksi keras dari kubu Partai Demokrat.
Salah satunya datang dari anggota Kongres Alexandria Ocasio-Cortez (AOC), yang menyebut keputusan Trump sebagai pelanggaran konstitusi dan dasar kuat untuk pemakzulan.
Ketegangan antara Israel dan Iran meningkat tajam dalam beberapa hari terakhir.
Setelah Israel meluncurkan “Operasi Rising Lion” ke Teheran dan beberapa kota lainnya untuk mencegah dugaan serangan Iran, Trump memerintahkan serangan lanjutan ke situs strategis Iran, termasuk Fordow, Natanz, dan Esfahan.
Trump Umumkan Serangan Udara ke Iran, AOC Tuntut Pemakzulan
Trump mengumumkan serangan udara ke Iran lewat platform Truth Social pada Sabtu malam waktu AS.
Ia menyatakan bahwa seluruh pesawat tempur AS telah keluar dari wilayah udara Iran dan "kembali dengan selamat."
Serangan ini dilakukan tanpa persetujuan Kongres, sebuah langkah yang langsung mendapat kecaman dari sejumlah politisi.
Alexandria Ocasio-Cortez menanggapi di X (sebelumnya Twitter):
“Keputusan Presiden untuk membombardir Iran tanpa otorisasi adalah pelanggaran berat terhadap Konstitusi dan kekuasaan perang Kongres. Ia telah secara impulsif membuka pintu perang yang bisa menjerat kita selama generasi. Ini mutlak merupakan alasan pemakzulan," tulisnya.
Selain AOC, anggota DPR dari California, Ro Khanna, juga menyebut tindakan Trump sebagai pelanggaran serius:
“Trump menyerang Iran tanpa persetujuan Kongres. Kita harus segera kembali ke DC dan mengesahkan Resolusi War Powers untuk mencegah AS terseret ke dalam perang tanpa akhir di Timur Tengah.”
Sebagian Dukung Trump, Sebagian Lain Kecam Keras
Meskipun banyak kritik berdatangan, beberapa tokoh Demokrat justru mendukung langkah Trump. Senator John Fetterman dari Pennsylvania menyebut serangan itu sebagai keputusan yang tepat:
“Iran adalah sponsor utama terorisme global dan tidak boleh memiliki kapabilitas nuklir. Saya mendukung langkah @POTUS dan menghormati militer terbaik di dunia.”
Sebaliknya, Rashida Tlaib dari Michigan menyebut langkah Trump sebagai “pelanggaran terang-terangan terhadap Konstitusi.”
Menanggapi postingan yang menyebut “Perang adalah alat pemersatu elit AS,” Tlaib menulis, “Benar, dan itu sangat menjijikkan.”
House Minority Leader Hakeem Jeffries juga memperingatkan risiko eskalasi konflik dan mendoakan keselamatan pasukan AS yang kini berada dalam bahaya.
Ia menegaskan bahwa Trump kini memikul “tanggung jawab penuh” atas semua konsekuensi dari serangan ini.
AS-Israel vs Iran: Ketegangan Timur Tengah Memanas
Konflik dimulai saat Israel melancarkan serangan ke ibu kota Iran, Teheran, dan kota-kota besar lainnya dalam operasi militer bertajuk Rising Lion.
Israel menyatakan bahwa serangan itu bertujuan mencegah ancaman nuklir Iran.
Iran membalas serangan tersebut dengan menghujani Israel dengan rudal, termasuk ke sebuah rumah sakit di Israel selatan.
Beberapa bangunan di Tel Aviv juga dilaporkan terbakar akibat serangan balik Iran. Namun, sistem pertahanan Israel yang diperkuat teknologi militer AS berhasil mencegat sekitar 99% rudal, menurut klaim pejabat Israel.
Para Analis Politik Soroti Perpecahan Demokrat
D. Stephen Voss, profesor ilmu politik dari University of Kentucky, mengatakan bahwa perpecahan internal Demokrat dalam isu luar negeri bisa menjadi strategi politik.
Ia menyebut bahwa saat negara menghadapi konflik luar negeri, pihak oposisi cenderung bersatu secara simbolik, namun akan mengambil keuntungan politik jika konflik memburuk.
Craig Agranoff, analis politik dari Florida Atlantic University, menyebut konflik ini membuka “jurang ideologis” di dalam Partai Demokrat, terutama setelah kekalahan mereka di Pemilu 2024.
“Kaum progresif ingin deeskalasi, sedangkan kaum moderat takut dianggap lemah dalam isu keamanan nasional. Jika partai gagal menyatukan sikap, ini bisa menggerus kepercayaan pemilih jelang pemilu sela.” (tam)
Source: Newsweek