MEGAPOLITIK.COM – Amerika Serikat menyerang tiga fasilitas nuklir Iran pada Minggu pagi waktu setempat.
Presiden Donald Trump menyebut langkah tersebut sebagai respons terhadap ancaman dari "sponsor terorisme nomor satu di dunia."
Aksi ini menjadi titik balik besar dalam keterlibatan langsung AS dalam konflik Israel-Iran.
Namun, serangan ini juga memunculkan kekhawatiran baru: apakah Iran akan membalas dengan menutup Selat Hormuz?
Jalur laut sempit ini merupakan salah satu rute ekspor minyak paling vital di dunia.
Apa Itu Selat Hormuz dan Mengapa Sangat Penting?
Selat Hormuz terletak antara Oman dan Iran, menghubungkan Teluk Persia dengan Teluk Oman dan Laut Arab.
Pada titik tersempitnya, lebar selat ini hanya sekitar 33 kilometer. Menurut Badan Informasi Energi AS (EIA), Selat Hormuz menjadi jalur transit jutaan barel minyak setiap harinya.
Iran mengontrol sisi utara, sedangkan sisi selatan dikuasai Oman dan Uni Emirat Arab.
Karena fungsinya yang krusial, Selat Hormuz dikategorikan sebagai “titik cekik” (chokepoint) energi dunia.
Jika jalur ini terganggu, biaya pengiriman bisa melonjak dan distribusi energi global akan terganggu.
Produk Energi Apa yang Melewati Selat Hormuz?
Sepanjang 2024 hingga awal 2025, lebih dari 25% perdagangan minyak maritim global melewati Selat Hormuz—sekitar 20 juta barel per hari.
Sekitar 40% berasal dari Arab Saudi, menjadikannya eksportir terbesar melalui jalur ini.
Tak hanya minyak mentah, sekitar 20% perdagangan gas alam cair (LNG) dunia—terutama dari Qatar—juga dikirim melalui selat ini.
Memang ada pipa minyak alternatif milik Arab Saudi dan UEA, namun kapasitasnya terbatas.
Negara-negara seperti Tiongkok, India, Jepang, dan Korea Selatan sangat bergantung pada jalur ini. Bagi AS sendiri, hanya 7% dari total impor minyaknya yang berasal dari jalur ini.
Apa yang Terjadi Jika Iran Menutup Selat Hormuz?
Jika Iran memutuskan menutup Selat Hormuz, dampaknya bisa sangat besar. Pasokan global terganggu, harga energi melonjak, dan stabilitas pasar dunia terguncang.
Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengatakan langkah itu akan jadi "tindakan bunuh diri" bagi Iran.
Amerika, China dan Rusia termasuk negara-negara yang akan sangat terganggu jika rantai pasok minyak melewati Selat Hormuz dihentikan ataupun ditutup.
"Kalau mereka melakukannya, yang pertama marah adalah Tiongkok, karena minyak mereka banyak lewat situ," ujar Rubio, melansir dari CBSnews.
Ia memperingatkan bahwa dunia akan bersatu melawan Iran jika selat itu diblokade, misalnya dengan ranjau laut.
Armada Laut AS Siap Menjaga Selat Hormuz
AS sudah lama menyatakan komitmen menjaga kebebasan navigasi di Selat Hormuz.
Armada ke-5 Angkatan Laut AS yang berbasis di Bahrain siap menghadapi segala bentuk gangguan terhadap jalur laut strategis ini.(tam)