Senin, 20 Oktober 2025

Sanae Takaichi Serukan 'Work, Work, Work' di Tengah Jalan Menuju Perdana Menteri Perempuan Pertama Jepang

Sabtu, 11 Oktober 2025 - 15:55

PIDATO - Nama Sanae Takaichi tengah menjadi sorotan besar di Jepang setelah unggahannya yang viral dengan slogan “Work, work, work”./ Threads @ooikensuke_nguoi_nhat

MEGAPOLITIK.COM -  Nama Sanae Takaichi tengah menjadi sorotan besar di Jepang setelah unggahannya yang viral dengan slogan “Work, work, work”.

Ungkapan ini mencerminkan semangatnya menghadapi tekanan politik dan publik, tepat di saat ia berada di ambang sejarah sebagai calon perdana menteri perempuan pertama Jepang.

Dalam sebuah unggahan di platform X (Twitter) pada 10 Oktober 2025, Takaichi menulis tiga kata sederhana: “Work, work, work.”

Ungkapan itu langsung jadi perbincangan nasional.

Banyak warganet menilai kalimat itu sebagai simbol keteguhan dan etos kerja khas Jepang di tengah gejolak politik yang sedang memanas.

Namun, di balik pesan singkat itu tersimpan situasi politik yang jauh lebih rumit.

Takaichi baru saja terpilih sebagai Ketua Partai Liberal Demokrat (LDP)—partai konservatif yang berkuasa di Jepang.

Jabatan itu menempatkannya di jalur kuat untuk menjadi perdana menteri menggantikan Fumio Kishida, yang mengundurkan diri pada September 2025.

Jika benar terpilih oleh parlemen, Sanae Takaichi akan mencatat sejarah sebagai perempuan pertama yang memimpin pemerintahan Jepang.

Tapi jalan menuju kursi perdana menteri belum sepenuhnya mulus.

Koalisi utama LDP, yaitu Partai Komeito, baru-baru ini menarik dukungan mereka karena perbedaan pandangan tentang reformasi dana politik dan kebijakan pertahanan.

Keputusan itu membuat LDP kehilangan mayoritas di parlemen, sehingga Takaichi harus mencari mitra baru agar bisa lolos dalam pemungutan suara resmi penetapan perdana menteri.

Situasi ini menempatkan Takaichi dalam posisi sulit—antara menjaga stabilitas politik dan membuktikan kemampuannya sebagai pemimpin perempuan yang tangguh di dunia politik Jepang yang masih didominasi laki-laki.

 

Dalam beberapa wawancara sebelumnya, Takaichi dikenal tegas dan konservatif, dengan pandangan pro-militer dan sikap keras terhadap Tiongkok.

Namun, ia juga dikenal disiplin dan berdedikasi, dengan rekam jejak panjang di dunia politik sebagai Menteri Dalam Negeri serta Menteri Kebijakan Ekonomi dan Teknologi Informasi di masa lalu.

Meski belum resmi menjabat, banyak analis menilai Takaichi telah mengirim sinyal kuat lewat pesan “work, work, work” itu—bahwa ia siap bekerja keras membangun kembali kepercayaan publik dan membawa Jepang ke era baru kepemimpinan perempuan.

“Takaichi ingin menunjukkan bahwa kerja keras dan konsistensi adalah cara terbaik membungkam kritik,” tulis Nikkei Asia dalam analisisnya.

Kini, seluruh mata di Jepang tertuju pada parlemen Tokyo.

Apakah Sanae Takaichi benar-benar akan menorehkan sejarah baru sebagai perdana menteri perempuan pertama Jepang—atau justru terhenti di tengah jalan politik yang berliku?

(tam)

 

Populer
recommended
Jangan Lewatkan
Our Networks
Member of mediaemas.id