MEGAPOLITIK.COM - Profesor Ferry Latuhihin melontarkan kritik keras terhadap program MBG (Makanan Bergizi Gratis) saat hadir dalam dialog Rakyat Bersuara dengan tema “Purbaya Akan ‘Reset’ Indonesia?”.
Ferry menyebut program MBG dan KMP sebagai program ultrapopulis yang salah dari awal dan mempertanyakan skala alokasinya.
"Saya tidak setuju yang namanya dengan program-program yang ultrapopulis, macam MBG dan KMP (Koperasi Merah Putih)," ujar Profesor Ferry mengawali kritiknya.
“Kalau memang Anda mau melakukan MBG, kenapa tidak fokus ke daerah-daerah tertinggal? Itu kan paling-paling unit Rp 5 triliun dengan sistem kupon. Kenapa harus bikin budget Rp 328 triliun?” kata Ferry.
Ia pun sebenarnyanya setuju bahwa masalah gizi tidak hanya terjadi di wilayah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal), tetapi juga di daerah lain yang tingkat gizinya rendah.
Akan tetapi, menurutnya, program MBG ini membebani anggaran secara berlebihan, sementara jumlah masyarakat yang benar-benar membutuhkan intervensi gizi hanya sekitar 20 juta orang.
Ferry menyoroti bahwa jumlah target MBG sebanyak 83 juta orang dianggap tidak masuk akal berdasarkan data statistik.
Ferry menambahkan, dari 20 juta orang yang membutuhkan gizi, tidak semua adalah anak-anak.
“Mungkin anak-anak cuma 10 juta, tapi kok harus disuapin 83 juta orang? Ini data dari mana?” tegasnya.
Ia mempertanyakan efektivitas program yang dianggap terlalu luas dan melibatkan banyak pihak.
Bahkan, Ferry menyebut bahwa ada 11 yayasan yang ikut dalam pelaksanaan MBG, yang menurutnya menimbulkan pertanyaan soal transparansi dan koordinasi.
Dalam nada bertanya, Ferry langsung menantang Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa untuk menanggapi kritiknya.
“Nah, Purbaya berani enggak meng-counter ini? Kalau dia berani, saya cium tangannya,” ujarnya di program tersebut.
Pernyataan Profesor Ferry Latuhihin ini membuka perdebatan soal alokasi anggaran besar untuk program sosial dan prioritas penggunaan dana publik.




